Thursday, November 22, 2012

Implementasi Perkembangan Teknokom Terhadap Peran Dan Tugas PR


Public Relations merupakan fungsi manajeman yang membantu menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi, pengertian, dukungan, serta kerja sama suatu organisasi atau perusahaan dengan publiknya dan ikut terlibat dalam menangani masalah-masalah atau isu-isu manajemen. PR membantu manajemen dalam penyampaian informasi dan tanggap terhadap opini publik. PR secara efektif membantu manajemen memantau berbagai perubahan (Seitel, 1992:8).
Rumanti (2005:39) mengelompokkan tugas dan peran PR menjadi lima bagian yaitu: 1.) menyelenggarakan dan bertanggungjawab atas penyampaian informasi secara lisan, tertulis, melalui gambar (visual) kepada publik, 2.) memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat, 3.) memperbaiki citra organisasi, 4.) tanggung jawab sosial, 5.) komunikasi, yaitu melakukan komunikasi timbal-balik.
Bentuk dan teknik Public Relations mengalami perubahan seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi yang terjadi. Jika dahulu kegiatan public relations harus dilakukan langsung di hadapan publik, kini hal tersebut tidak perlu lagi karena telah adanya perkembangan teknologi komunikasi. Seorang PR dapat menggunakan berbagai teknologi canggih yang telah ada. Dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi, ada pula implikasinya terhadap peran dan tugas PR. Adanya perkembangan teknologi komunikasi, juga membuat adanya perkembangan dalam cara kerja seorang praktisi PR dalam melaksanakan peran dan tugasnya.
Implementasi itu sendiri secara harfiah memiliki arti penerapan. Dalam prakteknya penerapan teknologi komunikasi harus didahului oleh penguasaan keterampilan mengoperasikan teknologi komunikasi tersebut oleh para praktisi PR. Karena tanpa adanya penguasaan keterampilan teknis, teknologi komunikasi tidak mungkin diterapkan oleh para praktisi PR. Disinilah seorang praktisi PR dituntut untuk dapat mengimplementasikan teknologi komunikasi saat ini.
Selanjutnya, perkembangan teknologi komunikasi membawa dampak peran seorang praktisi PR harus menguasai teknologi-teknologi komunikasi yang ada saat ini. Karena seperti yang kita ketahui bahwa Public Relations merupakan teknik penyampaian pesan kepada publik agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan bertujuan untuk menciptakan citra positif bagi perusahaan di mata publik. Dalam proses penyampaian pesan tersebut, seorang praktisi PR dituntut untuk menguasai serta menggunakan berbagai teknologi komunikasi masa kini sebagai media PR. Oleh karena adanya perkembangan teknologi komunikasi, teknik penyebaran arus informasi juga semakin berkembang karena adanya teknologi komunikasi tersebut.
Teknik PR ini juga dipengaruhi oleh siapa dan bagaimana target audiens, tergantung dari ketertarikan atau interest audiens yang dimaksud. Hal ini juga akan mempengaruhi bagaimana bentuk pesan yang akan disampaikan. Semakin beragam target audiens yang dituju, maka harus semakin tinggi pula teknologi penyampaian pesannya sehingga dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas. Teknologi komunikasi digunakan seorang praktisi PR sebagai media PR.
Teknologi komunikasi sebagai media PR dapat mempermudah seorang praktisi PR dalam melaksanakan kegiatan PR. Perkembangan teknologi komunikasi sebagai media PR sudah berkembang dari media sangat tradisional/kuno, media tradisional sampai media kontemporer. Kajian baru dalam Ilmu PR adalah PR on the Net atau Cyber PR. Secara perkembangan sejarah mulai dari  Public Relations (PR) kuno sampai  sekarang munculnya PR modern, maka media yang digunakan terbagi ke dalam tiga bentuk yaitu media sangat tradisional atau kuno, media tradisional atau konvensional, dan media masa kini atau kontemporer.
Beragam alat dan teknologi komunikasi pada intinya memang dibutuhkan para praktisi PR agar apa yang mereka buat dan lakukan menjadi lebih efisien dan efektif. Sejak awal tahun 90-an, media tradisional seperti surat kabar, majalah, televisi, dan radio telah menjadi media yang digunakan oleh para praktisi PR. Walaupun jenis media tersebut sudah dominan digunakan dalam perkembangan dunia PR, perkembangan teknologi komunikasi membuat munculnya media PR baru, seperti media massa online, media massa non-online, dan social media online. Media masa kini tersebut biasa disebut dengan media PR kontemporer. Munculnya teknologi komunikasi saat ini tentunya memiliki implikasi terhadap tugas dan peran para praktisi PR.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kajian baru dalam ilmu PR adalah PR on the net atau Cyber PR, yang merupakan penggunaan internet sebagai sarana publisitasnya. Fenomena Internet memang sedang memasuki ke segala pelosok kehidupan masyarakat, kita dibuat terkejut oleh perkembangan pengguna internet yang sedemikian pesat. Contoh dari e-PR atau penggunaan media internet dalam kegiatan PR adalah newspaper online, magazine online, digital radio, digital television, chatting (interpersonal communication), teleconference (group communication), videoconference (group communication), facebook, twitter, foursquare, blog, dan sebagainya.
Saat ini yang tengah hangat berkembang di masyarakat adalah media jejaring sosial atau social media networking. Contohnya seperti yang telah disebutkan di atas yaitu Facebook, Twitter, Foursquare, blog, Path, dan lain sebagainya. Jejaring sosial tersebut menjadi media yang efektif dalam membangun personal maupun corporate branding. Praktisi PR tidaklah cukup jika hanya dapat mengaplikasikan jejaring sosial tersebut, tetapi PR juga dituntut untuk meng-up date pengetahuan yang dimiliki. Praktisi PR tidak mungkin menolak atau melawan perkembangan teknologi komunikasi ini. Dengan kehadiran berbagai media kontemporer tersebut justru harus membuat PR lebih kreatif.
Cyber PR menjadi sebuah tantangan sekaligus cara baru bagi praktisi PR masa kini untuk selalu terus mengasah kemampuannya. Tidak dipungkiri di masa mendatang akan ada teknologi-teknologi komunikasi lain yang diciptakan. Hal tersebut juga tentu akan berimplikasi terhadap peran dan tugas PR. Praktisi PR di masa mendatang juga harus menguasai teknologi komunikasi yang ada. Tentunya hal tersebut agar pesan tersampaikan dengan efisien dan efektif.

Sumber Referensi:


Ardianto, Elvinaro dan Soleh Soemirat. 2010. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Rosdakarya

http://retnowulan.net/2010/08/cyber-pr/

Menuju Masyarakat Informasi


Pada era globalisasi ini, perkembangan teknologi komunikasi tak bisa terelakkan lagi. Teknologi komunikasi dan informasi semakin canggih. Kemajuan dan perkembangan teknologi komunikasi tersebut suatu informasi dapat diterima secara luas dalam waktu yang relative singkat. Akan tetapi, perkembangan teknologi komunikasi tersebut tidak seiring dengan pemanfaatannya oleh masyarakat di Indonesia. Saat ini yang menjadi masalahnya adalah bagaimana terobosan inovasi teknologi komunikasi dan informasi tersebut dapat diterapkan dan  diadopsi oleh masyarakat Indonesia.
Implementasi teknologi  komunikasi dari sejauh mana sebuah teknologi komunikasi itu mampu membuka akses pada berbagai jaringan informasi. Jadi, semakin banyak jaringan informasi yang bisa diakses oleh suatu teknologi komunikasi, maka semakin banyak pula masyarakat yang mengimplementasikannya. Akan tetapi, hal tersebut hanya berlaku pada masyarakat informasi saja. Apakah saat ini masyarakat Indonesia sudah sepenuhnya merupakan masyarakat informasi? Jawabannya adalah tidak. Sebenarnya, apakah pengertian dari masyarakat informasi itu?
Masyarakat informasi adalah istilah untuk mendeskripsikan sebuah masyarakat yang dapat membuat kemungkinan terbaik dalam menggunakan informasi dan teknologi komunikasi baru. Pengertian lain dari masyarakat informasi adalah masyarakat yang aktivitas—kreasi, distribusi, difusi, penggunaan, serta manipulasinya—terhadap informasi sangat signifikan di bidang ekonomi, sosial maupun budaya.
Saat ini masyarakat di Indonesia masih belum sepenuhnya menjadi masyarakat informasi. Di  Indonesia masih ada suatu kesenjangan digital yang terjadi di kalangan masyarakat. Kesenjangan digital memiliki arti sebagai suatu kesenjangan diantara satu individu, rumah tangga, bisnis, (kelompok masyarakat) dan area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam hal kesempatan atas akses teknologi komunikasi dan informasi dan penggunaan internet untuk beragam aktivitas. Jadi, sebenarnya kesenjangan digital itu mencerminkan berbagai kesenjangan dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dan merupakan akibat perbedaan pemanfaatannya dalam suatu negara dan atau antar negara.
Contoh kasus kesenjangan sosial terlihat secara nyata di kalangan masyarakat di Indonesia. Jika di perkotaan, masyarakat sudah tidak asing lagi dalam penggunaan teknologi komunikasi dan informasi, seperti contohnya computer dan internet. Akan tetapi, sangat berbeda dengan masyarakat pedesaan yang masih sangat kurang pengetahuannya mengenai teknologi komunikasi dan informasi. Ketimpangan tersebut dapat berupa ketimpangan yang bersifat fisik, atau yang bersifat skill atau keterampilan yang dibutuhkan agar dapat berperan serta sebagai masyarakat informasi atau warga digital. Ada empat hal yang menyebabkan terjadinya kesenjangan digital, yaitu infrastruktur, kurangnya skill atau keterampilan, kurangnya isi atau konten, kurangnya pemanfaatan akan internet itu sendiri.
Disinilah peran pemerintah sangat dibutuhkan, bagaimana pemerintah dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kesenjangan digital yang terjadi di kalangan masyarakat Indonesia dan membuat masyarakat Indonesia menjadi masyarakat informasi. Hal ini sesuai dengan teori difusi inovasi yang dikemukakan oleh Everett M. Rogers. Teori difusi inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Ini merupakan suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Dalam proses difusi inovasi terdapat empat elemen pokok, yaitu inovasi atau gagasan, saluran komunikasi (alat untu penyampaian pesan-pesan inovasi), jangka waktu (proses keputusan inovasi), dan sistem sosial (kumpulan unit yang berbeda secara fungsional).
Pemerintah dalam hal ini diharapkan dapat memberikan atau melakukan inovasi-inovasi baru melalui saluran-saluran tertentu kepada masyarakat Indonesia. Contohnya, pemerintah dapat membuat undang-undang untuk menjadi masyarakat informasi yang baik dan benar. Dalam hal ini, peran masyarakat, khususnya knowledge society seperti ‘orang IT’  juga sangat membantu dalam mewujudkan masyarakat informasi di Indonesia. Jadi, jika hanya pemerintah yang bergerak, akan sulit untuk mewujudkan citi-cita mencapai masyarakat informasi di Indonesia. Harus ada kerjasama antara pemerintah dan rakyat Indonesia.

Sumber Referensi:

http://kesenjangandigitalbppn.blogspot.com/

http://fajaws.wordpress.com/2012/06/20/mii-masyarakat-informasi-indonesia/

Ardianti, Elvinaro dkk. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Dampak Posotif Dan Negatif Teknologi Komunikasi



Seperti yang telah dijelaskan diatas dalam teori Determinism Technological oleh Marshall McLuhan pada tahun 1962, bahwa “Technology has changed the way we communicate”.  Maksudnya, perubahan yang terjadi pada berbagai cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Pada awalnya, manusialah yang membuat teknologi tersebut, tetapi lambat laun teknologilah yang justru mempengaruhi apa yang dilakukan oleh manusia tersebut. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi kea bad teknologi lain.
Dari perspektif teori tersebut, dapat dilihat bahwa perkembangan teknologi tidak selalu memiliki dampak yang positif. Perkembangan teknologi tentu saja akan disertai oleh berbagai dampak dan konsekuensi yang menyertainya yang berpengaruh pada masa depan dunia kehidupan. Dibalik segala dampak positif dan segala kemudahan yang diagung-agungkan oleh perkembangan teknologi saat ini, ada juga sisi buruk atau negative dari perkembangan teknologi tersebut. Perkembangan teknologi saat ini juga berdampak pada kehidupan sosial masyarakat, tentu saja seperti yang telah disebutkan diatas bahwa dampaknya ada yang positif maupun negative.
Secara positif, dalam kehidupan sosial, perkembangan teknologi telah sangat membantu masyarakat dunia untuk saling berkomunikasi atau terhubung dengan kerabat, keluarga, teman lama, dan sebagainya. Sebagai contohnya, tak perlu jauh-jauh, saya sendiri merasakan dampak positif tersebut. Saya memiliki tiga orang kakak yang sudah berumah tangga dan satu orang adik yang sekarang tinggal di Amerika, sedangkan saya dan ibu saya tinggal di Indonesia. Dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi, membuat kami sekeluarga tetap bisa berhubungan dan berkomunikasi dengan baik. Kami biasa berkomunikasi menggunakan telepon, chatting melalui blackberry messenger, atau video call menggunakan Skype.
Contoh di atas merupakan salah satu contoh dampak positif dari teknologi internet. Internet menjadi sebuah lifestyle atau gaya hidup bagi masyarakat. Banyak situs yang menjadi pusat komunikasi sosial seperti Facebook, Twitter, Path, dan masih banyak lagi. Contoh lain dari dampak positif yang ditimbulkan dengan adanya internet adalah kita bisa mencari teman baru, share foto, mengetahui berita-berita terbaru dari penjuru dunia dalam waktu singkat, dan sebagainya.
Dibalik dampak positif teknologi komunikasi yang telah disebutkan, ada pula dampak-dampak negatifnya. Dalam kehidupan sosial, teknologi komunikasi memberikan dampak negative terhadap kualitas dari hubungan sosial yang dijalin. Hal ini dapat dilihat dari fenomena masyarakat saat ini lebih nyaman mencari teman dan behubungan dengan teman di dunia maya daripada aktif pada kegiatan organisasi organisasi yang lebih dapat memberikan kualitas hubungan pertemanan yang lebih berkualitas. Sebagai contoh dampak negative teknologi komunikasi dapat dilihat dari jejaring sosial Facebook dan Twitter. Banyak yang memiliki ratusan atau bahkan ribuan teman di Facebook atau followers di Twitter. Akan tetapi, hal tersebut hanya terjadi di dunia maya saja, pada dunia nyata, mereka hanya memiliki beberapa teman yang biasa menemani keseharian mereka. Mereka cenderung lebih nyaman bersosialisasi di dunia maya atau online dan tidak mampu untuk berbaur dengan masyarakat di dunia nyata. Padahal jika dipikir-pikir, apabila terjadi suatu hal yang krusial dalam kehiduoan kita, yang bisa membantu adalah orang-orang yang tinggal atau hidup di sekitar kita, bukan orang-orang yang kita kenal di dunia maya.
Dampak  negative lain dari perkembangan teknologi komunikasi yang terjadi di kehidupan sosial masyarakat adalah ketika masyarakat mulai mengerti tentang perkembangan teknologi yang ada, maka saat itulah masyarakat mulai mencari tahu segala hal termasuk mengakses informasi yang berbau pornografi. Hal tersebut dapat terjadi karena pengguna internet tidak ditentukan segmentasinya sehingga anak dibawah umur juga bisa mengakses hal-hal yang berbau porno tersebut.
Selain itu, contoh lain dari dampak negative dari perkembangan teknologi komunikasi adalah membuat orang jadi terpencil dari lingkungan sosial. Contoh kasusnya terjadi pada teman saya di kampus. Mayoritas teman-teman sekelas saya di kampus telah menggunakan ‘Blackberry’, hanya tinggal beberapa orang saja yang masih menggunakan hand phone jenis lain. Dengan seperti itu, berita-berita atau informasi baik mengenai dunia perkuliahan atau lainnya selalu dibahas di Group BBM (BlackBerry Messenger). Hal tersebut membuat beberapa orang yang tidak memakai atau mempunyai hand phone Blackberry menjadi ketinggalan berita serta informasi, dan jadi terpencil dari lingkungan sosial. Mereka cenderung jarang ikut berkomunikasi karena tidak mengetahui apa yang sedang dibicarakan.
Akan tetapi dari semua hal tersebut, perkembangan teknologi komunikasi tidak dapat dipungkiri mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa sehingga mampu mempengaruhi kita untuk memiliki dan mengetahuinya. Sekarang yang jadi point utamanya adalah terletak pada diri kita sendiri, yaitu bagaimana kita menyikapi setiap perkembangan teknologi komunikasi tersebut menjadi suatu hal yang positif yang mampu menjangkau setiap elemen atau kalangan masyarakat. Masyarakat kelas sosial bawah belum tentu dapat dengan baik menerima perkembangan teknologi komunikasi tersebut. Oleh karena itu, marilah kita mulai berpikir bagaimana perkembangan teknologi komunikasi ini mampu menjangkau masyarakat kalangan bawah sehingga dapat digunakan secara efisien, dan mari kita sikapi perkembangan teknologi komunikasi dengan hal-hal yang positif.

Sumber Referensi:

http://husadaindah.wordpress.com/2012/02/15/dampak-perkembangan-teknologi-komunikasi-terhadap-kehidupan-sosial/

http://bidamalva.wordpress.com/2011/06/01/pengaruh-perkembangan-teknologi-terhadap-public-relation-dan-periklanan/

Technological Determinism Theory


“Technology has changed the way we communicate” begitulah kutipan dari teori technological determinism dari Marshall McLuhan pada tahun 1962. Dasar dari teori ini adalah bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Dalam teori ini, Marshall McLuhan menegaskan bahwa pola kehidupan manusia ditentukan oleh perkembangan dan jenis teknologi. Dapat diartikan bahwa setiap tindakan atau kejadian yang dilakukan oleh manusia adalah sebagai akibat dari perkembangan teknologi. Sebenarnya pada awalnya, manusia lah yang membuat teknologi tersebut, tetapi lambat laun teknologi itulah yang justru mempengaruhi apa yang dilakukan oleh manusia.
Sebagai contoh, pada zaman dahulu belum adanya alat komunikasi Hand Phone dan juga jaringan internet, dan dengan tanpa adanya dua perangkat komunikasi tersebut kehidupan manusia pada saat itu biasa saja. Akan tetapi sekarang dengan ketergantungan pada dua perangkat itu manusia menjadi sangat tergantung.
Dalam konsep McLuhan ini, terdapat 3 kerangka urutan pemikiran:  1.) penemuan-penemuan hal baru dalam bidang teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya, 2.) perubahan komunikasi manusia membentuk eksistensi kehidupan manusia, 3.) “We share our tools, and they in turn shape us” (kita membentuk alat-alat yang kita perlukan dan sekarang giliran alat-alat tersebut yang membentuk diri kita. Dalam teori ini, McLuhan juga membagi perkembangan teknologi komunikasi kedalam empat periodisasi, yaitu:
1.       Tribal Age (budaya ucap dan lisan),
2.       Literate Age (alphabet fonetis, yaitu symbol-simbol digunakan untuk komunikasi, tanpa harus bertatap muka)
3.       Print Age (penulisan teks secara massal)
4.       Electronic Age (ditandai dengan adanya telegraf yang menjadi awal periode fregmentasi masyarakat musnah)

Sumber Referensi:

http://media.kompasiana.com/new-media/2012/11/07/perkembangan-teknologi-komunikasi-teori-utopia-dan-teori-determinisme-507307.html

Implikasi Perkembangan Teknokom Terhadap Karakteristik Dari Bentuk Komunikasi Interpersonal, Massa, dan Interaktif

Pada era globalisasi ini ditandai dengan perkembangan teknologi dan informasi yang semakin canggih, termasuk teknologi komunikasi. Kata Teknologi berasal dari kata latin texere yang berarti to weave (menenun) atau  to construct (membangun) (Rogers, 1986). Teknologi sendiri bisa berupa sebuah cara atau solusi, bisa juga berupa peralatan yang bisa memudahkan manusia untuk menyelesaikan pekerjaannya. Jadi tidak perlu heran lagi jika ada yang namanya teknologi komunikasi.
Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) maupun secara tidak langsung (melalui media). Dari kedua kata tersebut, dapat ditarik suatu pengertian dari Teknologi Komunikasi (Teknokom), yaitu peralatan perangkat keras dalam sebuah struktur organisasi yang mengandung nilai-nilai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses dan saling tukar informasi dengan individu-individu-individu lain (Rogers, dalam Abrar. 2003).
Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat mempunyai implikasi kepada karakteristik dari bentuk komunikasi interpersonal, komunikasi massa, dan interaktif. Seperti yang kita ketahui bahwa awalnya manusia hanya bisa berkomunikasi secara interpersonal atau komunikasi tatap muka yang melibatkan dua atau tiga orang. Hingga akhirnya sampai saat ini dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi membuat adanya komunikasi interaktif dan komunikasi massa. Hal tersebut tentu saja semakin mempermudah kita sebagai manusia dalam berkomunikasi.
Dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi tersebut, ada pula implikasinya terhadap karakteristik kepada karakteristik dari bentuk komunikasi interpersonal, komunikasi massa dan interaktif. Arus pesan Komunikasi Interpersonal bersifat ‘one to many’ yaitu dari satu ke banyak. Dalam hal ini, jumlah peserta komunikasi serjumlah antara  dua atau tiga orang. Untuk Komunikasi Interaktif bersifat ‘many to many’ yaitu dari banyak sumber ke banyak orang. Sedangkan arus pesan Komunikasi Massa bersifat ‘one to many’ yaitu dari satu sumber ke banyak penerima. Maksudnya, bahwa media massa itu merupakan media yang terlembagakan, lalu pesan dari satu lembaga disebarkan ke banyak orang.
Karakteristik selanjutnya adalah sumber pengetahuan terhadap audiens. Dalam  Komunikasi Interpersonal, sumber memiliki pengetahuan terhadap penerima karena adanya faktor kedekatan hubungan antara sumber dan penerima. Dalam Komunikasi Interaktif, sumber mungkin memiliki kesepakatan dengan partisipan secara interaktif. Untuk Komunikasi Massa, sumber memiliki sedikit pengetahuan tentang audiens. Hal tersebut dikarenakan banyaknya partisipan dalam proses komunikasi massa.
Karakteristik yang ketiga adalah dilihat dari segmentasi. Untuk Komunikasi Interpersonal memiliki segmentasi yang tinggi (demassified), maksudnya kekhususan pesan ini tinggi karena komunikasi yang beranggotakan beberapa penerima saja. Untuk Komunikasi Interaktif sama seperti komunikasi interpersonal yaitu memiliki segmentasi yang tinggi (demassified). Hal ini dikarenakan keadaan (dari arus pesan, sumber pengetahuan terhadap audiens) masih memungkinkan untuk mengirim pesan khusus. Dan untuk Komunikasi Massa memiliki tingkat segmentasi yang rendah (massified). Hal ini dikarenakan komunikasi yang terjadi dari satu sumber ke banyak, sehingga menggunakan bahasa yang tidak khusus agar mudah dimengerti.
Selanjutnya untuk karakteristik yang keempat adalah tingkat Interaktif. Komunikasi Interpersonal tingkat interaktifnya tinggi. Jumlah penerima mempengaruhi tingginya tingkat interaktif. Komunikasi Interaktif memiliki tingkat interaksinya sama dengan komunikasi interpersonal yaitu tinggi. Hal ini dikarenakan banyaknya sumber terhadap penerima juga tuntutan berinteraksi. Komunikasi Massa tingkat interaktifnya rendah. Dikarenakan satu sumber, banyak penerima dan juga pengetahuan sumber yang sedikit tentang penerima membuat komunikasi ini tidak interaktif.
Karakteristik yang kelima adalah dilihat dari Feedback. Komunikasi Interpersonal ini bersifat transaksional. Dalam komunikasi interpersonal, feedbacknya bersifat segera karena mencakup aspek hubungan pribadi. Untuk Komunikasi Interaktif, feedback kadang terbatas, langsung, dan tertunda. Hal tersebut dikarenakan arus pesan yang ‘many-to-many’ dan juga media yang digunakan. Lalu untuk Komunikasi Massa, dikarenakan arus pesan yang ‘one to many’, sumber yang sedikit mengetahui tentang penerima, rendahnya segmentasi dan tingkat interaktif, maka membuat feedback yang diterima sangat terbatas dan tertunda.
Lalu untuk karakteristik yang keenam adalah Asynchronicity, yaitu kesinkronan dalam pengiriman dan penerimaan pesan. Komunikasi Interpersonal memiliki asynchronicity yang rendah, karena tingginya proses transaksional antara sumber dan penerima dan juga dipengaruhi feedback yang langsung. Komunikasi Interaktif memiliki asynchronicity yang tinggi karena banyaknya sumber. Sedangkan untuk Komunikasi Massa memiliki asynchronicity yang rendah karena banyaknya penerima tetapi sumber hanya satu, kecuali ada buku atau surat kabar sebagai media untuk menyimpan pesan.
Selanjutnya karakterisitik yang ketujuh adalah hubungan sosio-emosional. Dalam Komunikasi Interpersonal, hubungan emosionalnya sangatlah tinggi, karena dilakukan melalui face-to-face. Sama halnya dengan Komunikasi Interaktif yang memiliki hubungan emosional yang tinggi. Sedangkan untuk Komunikasi Massa, tidak mengenal antar personal dan komunikasi ini hanya melalui satu sumber kepada banyak penerima, sehingga tingkat hubungan emosionalnya sangatlah rendah.
Untuk karakteristik yang kedelapan adalah diliht dari isyarat non-verbal. Dalam Komunikasi Interpersonal, yang membuat isyarat nonverbal menjadi tinggi adalah karena dilakukan secara ‘face to face’. Untuk Komunikasi Interaktif isyarat nonverbalnya juga tinggi karena tingginya interaksi. Lalu untuk Komunikasi Massa, lebih banyak menggunakan visual untuk membantu memperjelas komunikasi kepada khalayak. Dalam komunikasi massa, demassified cenderung rendah.
Karakteristik yang selanjutnya adalah dilihat dari control arus komunikasinya. Dalam hal ini, Komunikasi Interpersonal memiliki potensi untuk saling mengontrol. Sama juga dengan komunikasi Interpersonal, dalam Komunikasi Interaktif juga memiliki potensi untuk saling mengontrol. Sedangkan berbeda halnya dengan Komunikasi Massa yang memiliki sedikit control dari penerima. Untuk karakteristik yang terakhir adalah dilihat dari privasinya. Untuk Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi Interaktif memiliki privasi yang rendah. Sedangkan berbeda dengan Komunikasi Massa, yaitu memiliki privasi yang tinggi.


Sumber Referensi:

http://m.kompasiana.com/post/mainstream-media/2012/11/08/teori-determinasi-dan-utopia-teknologi/

http://husadaindah.wordpress.com/2012/02/15/dampak-perkembangan-teknologi-komunikasi-terhadap-kehidupan-sosial/

http://bidamalva.wordpress.com/2011/06/01/pengaruh-perkembangan-teknologi-terhadap-public-relation-dan-periklanan/

http://fajaws.wordpress.com/2012/06/20/mii-masyarakat-informasi-indonesia/